Annyeong 2005!!! Chapter 2 (Cross Gene Fanfiction)
CHAPTER 2
(MIMPI YANG JADI KENYATAAN)
Selamat malam semua. Karena ada request dari salah satu pengunjung, saya kembali dengan kelanjutan fiction cross gene yang sebelumnya sudah saya posting. Penasaran bagaimana kelanjutannya? Mari disimak.
Apa kau percaya takdir itu ada?
Aku percaya, takdir membuat segala yang tak pernah kupikirkan terjadi.
Takdir mempunyai cara sendiri membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Seperti yang terjadi padaku hari ini…
Aku percaya, takdir membuat segala yang tak pernah kupikirkan terjadi.
Takdir mempunyai cara sendiri membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Seperti yang terjadi padaku hari ini…
“Yoo Ra-ya, kau tidak
sedang berbohong padaku kan?” ucap Lee Min Ah antusias setelah mendengar cerita
teman satu kamarnya. Min Ah adalah teman satu kamar Yoo Ra di asrama kampus.
Kini, mereka berdua sedang duduk berhadapan sambil memeluk bantal di kamar
mereka, tepatnya di ranjang Yoo Ra.
Yoo Ra yang sedari tadi
bercerita dengan wajah berseri – seri mengangguk membenarkan, Min Ah hanya
mampu memukul bantalnya dengan gemas. Yoo Ra baru saja menceritakan perihal
pertemuannya dengan pemilik unit 2005 yang ternyata adalah salah satu member
boyband Cross Gene yaitu Shin Won Ho. Yoo Ra baru saja pulang dari tempat
kerjanya dan tak bisa menahan diri untuk langsung menumpahkan cerita
keberuntungan ini pada orang lain, dan satu – satunya tempatnya bercerita ya
hanya Min Ah.
“Aigoo, bagaimana bisa
kau bertemu Shin dengan cara seperti itu?” Min Ah memasang wajah iri luar
biasa, “Kau sungguh beruntung.”
“Ah, itu hanya
kebetulan. Ya, aku benar – benar beruntung.” Jawab Yoo Ra sambil tersenyum
lebar,
“Apa kau tahu, dia lebih tampan dari yang biasa kita lihat di tv atau
majalah. Aigoo, aku hampir pingsan mengingat tatapan matanya.”
“Jadi, itu apartemen
milik Shin? Tapi, bagaimana ada orang cabul di gedung apartemen yang di
dalamnya ada selebriti?” Min Ah penasaran.
Yoo Ra hanya mengangkat
bahu, “Aku juga tidak mengerti soal itu.”
Min Ah mengangguk, ia
mencondongkan tubuhnya kedepan dan menatap Yoo Ra lekat dengan mata sipitnya,
“Kau bilang, Shin memelukmu? Lalu, apa yang kaulakukan setelah itu? Apa yang
dikatakannya padamu? Apa yang kau katakan padanya?”
“Mwo ya?![1]
Bisakah kau bertanya satu persatu,” Yoo Ra sewot diserang pertanyaan bertubi –
tubi seperti itu.
Min Ah tertawa,
“Mianhae, aku terlalu penasaran, lalu bagaimana? Apa yang terjadi setelah dia
memelukmu?”
Ditanya seperti itu,
pikiran Yoo Ra kembali melayang ke kejadian di apartemen Leopard beberapa jam
lalu. Kejadian yang membuatnya begitu takut, tapi sekaligus membuatnya menjadi
gadis paling beruntung di dunia.
Yoo Ra menatap langit –
langit kamarnya, menarawang mengingat – ingat apa yang terjadi sambil tersenyum
senang. Seandainya saja ia bisa kembali, ia ingin kembali ke beberapa jam lalu.
Ke pertemuannya dengan pria yang selama ini hanya hadir dalam mimpi – mimpinya.
“Yoo Ra-ya!” seru Min
Ah, membuat Yoo Ra tersadar.
“Mwo?”[2]
“Apa yang terjadi
setelah itu?” Min Ah mengulang kembali pertanyaannya.
Yoo Ra tak langsung
menjawab. Ia berbaring di ranjangnya, merentangkan kedua tangannya ke atas dan
menatap langit langit kamar. Min Ah ikut berbaring di sisinya, menatap langit –
langit kamar yang dihiasi bintang – bintang plastik yang tampak bercahaya di
kegelapan. Mereka sengaja mematikan lampu dan hanya menyisakan lampu kecil di
tepi ranjang sebagai penerangan agar bisa melihat bintang – bintang di langit
atap.
“Min Ah, aku benar –
benar berpikir aku adalah gadis paling beruntung hari ini,” gumam Yoo Ra tanpa
melepaskan pandangan dari bintang, “Kau bertanya apa yang terjadi setelah itu?”
ia tersenyum simpul, “Aku juga tidak tahu. Semuanya terjadi begitu saja, tanpa
sempat kupikirkan. Aku bahkan tak mengingat apa yang kuucapkan padanya. Ini
seperti mimpi.”
Min Ah tertawa, “Mungkin
kau hanya gugup Yoo Ra-ya. Aku juga mungkin akan gugup jika bertemu dengan idolaku
dengan cara tak terduga seperti yang kaualami.”
“Mungkin,” Yoo Ra
menoleh dan tersenyum pada temannya, “Tapi, ada satu hal yang kuingat dari
percakapan kami tadi.”
“Apa?” Tanya Min Ah
penasaran.
“Dia tidak ingin aku
datang lagi kesana. Dia bilang, jika dia memesan ayam, dia minta seorang pria
yang mengantarnya, bukan wanita.” Ucap Yoo Ra datar, “Aku tahu dia hanya tidak
ingin orang lain celaka karenanya, tapi entah kenapa aku kecewa dengan
ucapannya itu.”
Min Ah memiringkan tubuh
menatap Yoo Ra. Ditepuknya pundak temannya itu dengan lembut, “Dia hanya ingin
melindungimu. Percayalah. Jangan berpikir yang tidak – tidak. Bukankah kau
bilang tadi kau adalah gadis paling beruntung? Jangan kecewa begitu.”
Yoo Ra tersenyum lebar,
“Terima kasih, Min Ah. Kau memang sahabat terbaikku. Oh ya, jangan katakan
hal ini pada siapapun ya. Jangan siapapun. Tak ada yang boleh tahu soal ini.
Dia juga minta agar merahasiakannya dari siapapun.”
Min Ah mengangguk,
“Baiklah, aku tidak akan menceritakannya pada siapapun. Aku berjanji!”
Yoo
Ra memiringkan tubuhnya dan memeluk Min Ah, “Kajja[3]
kita tidur, aku tidak ingin telat kuliah besok.”
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan mohon tidak menyebarkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.