Annyeong 2005 !!! Chapter 1 (Cross Gene Fanfiction)
CHAPTER 1
(APARTEMEN NOMOR 2005)
CAST :
PARK YOO RA (ORIGINAL CHARACTER)
&
ALL CROSS GENE MEMBER
PROLOG
‘Annyeong[1]’
Saat satu
kata ajaib itu terucap dari bibirku, aku tak pernah sekalipun berpikir akan
menjalani hidup seperti ini. Aku tidak pernah berpikir bahwa satu kata itu
membawa benang – benang takdir yang membuatku tak bisa pergi. Sekali aku
menghindar, satu kata itu kembali lagi padaku, atau padamu. Membuat salah seorang
diantara kita, mau tidak mau mengatakannya lagi. Meski dengan senyum atau
tangis sekalipun.
“Annyeong,
kita berjumpa lagi.”
***
Park Yoo Ra mengendarai scooter maticnya
dengan kecepatan sedang. Lagu For This Love milik Cross Gene menemani
perjalanannya menelusuri jalan malam kota Seoul. Matanya fokus mengendarai,
sementara ditelinga kirinya terpasang headseat yang terhubung dengan ponsel di
saku atas kaus hitamnya. Sesekali ia menganggukan kepala menikmati lagu yang
didengarkannya. Malam sudah larut, tapi seperti biasa, kota ini memang tidak
pernah tertidur. Kota ini ramai layaknya di siang hari. Mungkin bisa dikatakan,
orang – orang di Seoul terlalu sibuk dan bersemangat untuk bisa tertidur atau
beristirahat pada pukul 23:43.
Seperti yang sekarang Yoo Ra lakukan, mereka
masih sibuk bekerja pada malam hari, toko toko dipinggir jalan pun belum ada
yang tutup. Kebanyakan toko bahkan buka semalaman penuh. Ya, seperti toko ayam
tempat Yoo Ra bekerja part time, bahkan pesanan ayam justru lebih banyak di
malam hari dibanding siang hari. Kehidupan malam kota Seoul menguntungkan
mahasiswa – mahasiwa sepertinya, mereka yang sibuk di kampus pada siang hari
jadi bisa tetap mendapatkan penghasilan dengan bekerja di malam hari.
Yoo Ra menghentikan scooter matic-nya ketika
tiba dihadapan sebuah gedung apartemen mewah. Ia memeriksa secarik kertas yang
menyantumkan alamat tempatnya harus mengantar ayam – ayam pesanan.
“Apartemen Leopard lantai 25?” Yoo Ra
membaca nama apartemen di kertas ditangannya lalu mengalihkan pandangan ke
billboard besar yang terpampang di depan gedung. Ia mengangguk senang ketika melihat bill
board itu bertuliskan nama apartemen yang ada di kertasnya.
Setelah melepas helm, mematikan playlist
musik ponsel dan mengenakan topi hitam yang bertuliskan ‘Lee Fried Chicken’, ia
pun melangkah memasuki gedung apartemen Leopard. Lobi apartemen itu tampak sepi ketika Yoo Ra
berjalan masuk. Harus ia akui, ini apartemen terbaik yang pernah ia masuki. Ia
mengamati dengan antusias setiap detail interior yang terpampang di dinding –
dinding apartemen itu. Ketika tiba di dalam lift, ia kembali terpukau dengan
hiasan lift yang terbilang unik, bergambar lambang 12 zodiak. Mungkin pemilik
gedung ini sangat menyukai astrologi, piker Yoo Ra dalam hati. Ia juga suka
astrologi. Menurutnya, astrologi adalah sebuah seni penggambaran karakter yang
menarik. Walaupun tidak sepenuhnya benar, tapi, mengetahui tentang karakter
dari astrologi membuatnya lebih memahami dirinya sendiri dan mungkin juga orang
– orang di sekitarnya.
“Huah, apa ini benar – benar apartemen?”
gumamnya kagum sambil melangkah masuk ke dalam lift, “Ini kepiting cancer,
cantik sekali,” ucapnya ketika melihat pahatan perak kepiting di dinding lift.
Baru beberapa detik, kekagumannya tiba –
tiba dihancurkan oleh kedatangan seseorang. Yoo Ra segera memasang tampang
biasa ketika seorang pria masuk ke dalam lift. Yoo Ra menghela napas pelan, ia
melirik pria di sisinya sekilas dengan sudut matanya. Ia tidak ingin dikira
orang yang arogan jika bersikap seperti tadi di depan orang lain. Tapi
sepertinya orang ini tak melihat tingkahnya tadi.
Karena penasaran, Yoo Ra menoleh menatap
pria di sisinya. Tadinya ingin menyapa, tapi karena pria setengah baya itu tak
menoleh, Yoo Ra kembali mengalihkan pandangan. Pria di sisinya itu tak tampak
seperti orang elite, pasti dia bukan penghuni apartemen mewah ini, ia
menyimpulkan dalam hati. Tampang pria itu seperti… Yoo Ra berusaha menemukan
kata – kata yang tepat. Pemabuk? Pengangguran?
Ah tidak mungkin! Ia mengelak dari pikiran
anehnya. Tapi, sekali lagi ia melirik, tampang pria di sampingnya itu tampak
berantakan dengan rambut sekitar lima sentimeter yang dibiarkan tak tersisir
rapi, wajahnya yang tampak linglung, jaket kusut yang dibiarkan terbuka
memperlihatkan kemeja kotak – kotak yang dibiarkan keluar sebagian dari celana.
Tapi jika pria ini pemabuk, kenapa ia berjalan dengan tegak ketika masuk lift? Ah,
tapi, Yoo Ra bahkan tak melihat dengan jelas ketika pria itu masuk. Lebih tepatnya,
tak terlalu memperhatikan.
Yoo Ra menggeleng pelan. Ia benci jika
otaknya mulai berpikir aneh. Paranoid!
“Nona…”
Yoo Ra hampir saja melonjak kaget ketika
mendengar suara berat dan keras milik pria di sisinya.
Yoo Ra memberanikan diri menoleh, kini, pria
setengah baya itu sedang menatapnya dengan senyum menyeringai.
“Nona, kau tidak ingin menekan tombol
liftnya?” Tanya pria itu dengan nada suara yang terdengar seperti dengusan malas di telinga Yoo Ra.
Yoo Ra tak bisa menghentikan degup
jantungnya yang tiba – tiba berdebar lebih cepat. Oh, Tuhan, ia takut…
“Gadis cantik sepertimu, apa yang kaulakukan
malam – malam begini? Hm?” Tanya pria itu lagi, nada suaranya tak berubah,
masih seperti dengusan malas menyeramkan.
Kini, Yoo Ra tak bisa mengontrol lagi
ketakutannya. Apa pria ini sedang menggodanya? Ya Tuhan.
“Baiklah,” Pria itu bergerak.
ASTAGA! Yoo Ra merapatkan tubuhnya ke
dinding lift di sisinya sambil berusaha memasang kuda – kuda perlawanan jika
saja hal buruk terjadi. Tapi, pria itu hanya bergerak untuk menekan tombol
lift. Angka 25 yang ditekannya. Yoo Ra sedikit lega, mungkin hanya ia yang
sedang berpikiran aneh. Tapi, sedetik kemudian, ia menarik kembali perasaan
leganya. Pria itu langsung membalikkan badan dan menatapnya dengan tatapan…
entahlah apa arti tatapan itu, tapi Yoo Ra tahu jelas itu bukanlah hal baik
untuknya.
“Nona, malam ini di bar aku tak bertemu
wanita cantik. Tak kusangka aku bertemu wanita cantik disini. Ayo temani aku,
sebutkan hargamu!” ucap pria itu sambil menatap Yoo Ra dengan sorot mata seolah
Yoo Ra adalah barang dagangan yang hendak di belinya.
Yoo Ra membelalakkan mata, “Aniyo[2]!”
seru Yoo Ra keras. Sebelum sempat pria di sisinya itu mengulurkan tangan untuk
menangkapnya, tanpa berpikir lagi, dalam detik – detik terakhir pintu lift akan
tertutup, Yoo Ra langsung bergegas menahannya dan melangkah cepat keluar lift.
“Hei Nona! Kau mau kemana! Kembali kesini
Nona cantik! Hei!” Seru pria itu. Tapi, dia tak sempat mengejar Yoo Ra karena
pintu lift sudah tertutup kembali.
Yoo Ra mengelus dada lega. Hampir saja! “Dia
pasti sudah gila!” gumamnya, “Sekarang bagaimana? Apa dia akan turun lagi dan
mengejarku? Astaga…”
Yoo Ra kembali panik. Jika ia naik lift ke
lantai 25, ia pasti akan langsung bertemu dengan pria pemabuk itu lagi. Tapi
jika ia naik tangga darurat, ia bisa mati kelelahan bahkan sebelum sampai
lantai 25. Dan jika ia kembali ke toko tanpa mengantar pesanan, ia bisa diomeli
habis – habisan oleh Bosnya. “Eotteokhe[3]?”
Yoo Ra menatap bungkusan ayam ditangannya
dengan tatapan memelas, “Kenapa kau merepotkanku? Pembelimu benar – benar harus
memberiku komisi untuk ini.”
Baiklah! Yoo Ra menghela napas dalam – dalam
untuk meredakan kepanikannya.
Ia beralih ke lift lain disampaing lift yang
tadi dinaikinya. Ia masuk ke lift, menghela napas, dan menekan angka 23. Ia
akan naik lift sampai lantai 23 dan melanjutkan dengan naik tangga darurat
sampai ke lantai 25. Ia berharap dengan begitu, ia tak akan bertemu pria
pemabuk gila itu.
Yoo Ra terus saja berlari – lari kecil di
dalam lift untuk meredakan ketakutannya. Lift bergerak naik dengan teratur. 20,
21, 22, dan berhenti di 23. Yoo Ra merasa kakinya kaku ketika pintu lift telah
terbuka. Ia takut. Tapi ia tahu ia harus keluar dan melanjutkan perjalanan ke
lantai 25.
“Park Yoo Ra, kau bisa melakukannya,”
ucapnya meyakinkan diri. Perlahan, sambil melihat keadaan sekitar, Yoo Ra
melangkah keluar lift. Huft, aman. Sama seperti di lobi, lantai ini juga sepi. Tapi
masih ada beberapa orang yang berjalan keluar lift menuju unit apartemen masing
– masing. Merasa ditemani, Yoo Ra merasa sedikit lega. Ia pun berjalan kea rah tangga
darurat dan melanjutkan ke lantai 25.
Setelah tiba di lantai 25, Yoo Ra
menghentikan langkahnya sebelum membuka pintu tangga darurat. Perlahan, ia
membuka knop pintu, lalu menghela napas. Jantungnya berdebar tak beraturan.
“Park Yoo Ra, jangan takut, kendalikan
dirimu,” ia berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Ia melongokkan kepalanya untuk mengecek
keadaan lantai 25. Tak ada siapapun. Dan yang pasti tak ada pria gila itu. Yoo Ra
menghela napas sekali lagi. Masih dengan hati – hati, perlahan ia melangkah
keluar dari pintu menelusuri penjuru lantai 25 yang hanya terdiri dari satu
lorong panjang dengan hanya tak lebih dari lima unit apartemen berderet di
kanan dan kiri.
Yoo Ra merogoh saku kausnya untuk melihat
alamat pemesan ayamnya. UNIT 2005. Ia berjalan perlahan sambil melihat nomor
unit apartemen dari pintu – pintu disekitarnya. Apartemen ini benar – benar apartemen
mewah, jarak antara satu unit dengan unit yang lainnya saja cukup jauh. Pasti
setiap unit apartemen sangat luas, piker Yoo Ra dalam hati.
Oh ya, sebenarnya Yoo Ra berjalan sepelan
ini untuk tetap berhati – hati. Karena kemungkinan besar, si pria gila itu juga
tinggal di salah satu unit apartemen diantara lima unit disini. Ah tidak,
diantara empat unit. Karena satu unit lagi sudah pasti milik pemesan ayam ini.
“Hitam...”
Langkah Yoo Ra terhenti. Hitam?
“Nona kaus hitam...” panggil sebuah suara dari
kejauhan.
Yoo Ra tersentak. Jantungnya yang semula sudah membaik, kini
kembali berpacu kencang. Kepanikan langsung menyergap kepalanya. Suara itu
lagi! itu pasti pria gila yang ditemuinya di lobi tadi. Yoo Ra masih ingat
betul suara bernada mendengus itu.
Tanpa menoleh untuk memastikan, ia langsung
melangkah cepat, ah tidak, mungkin ia berlari karena benar – benar panik. Ia harus
lari kemana? Otaknya mulai kebingungan. Disini tak ada jalan keluar lain selain
berbalik kembali. Ya Tuhan! Apa ia harus berteriak?
Otak Yoo Ra seperti tak berfungsi dengan
baik, ketika ia menghentikan langkah dan menoleh ke kirinya. Pintu itu. Ia menemukannya.
Unit 2005.
Yoo
Ra segera menekan bel pintu unit 2005, berkali – kali, dengan keras, dan panik.
“Cogiyo[4]!”
serunya yang tanpa sadar dengan suara diatas normal.
Kini tangannya juga ikut menggedor – gedor pintu
dihadapannya. Ia menoleh menatap pria gila yang kini sedang berjalan mendekat
kearahnya. Pria itu tak berlari, tapi itu tetap saja tak membuat Yoo Ra lebih
santai sedikit.
“Nona,” Pria itu menyapa dengan suara
mengejek karena merasa berhasil membuat Yoo Ra ketakutan setengah mati.
“Kau mau lari kemana lagi? ayolah, temani
aku…” pria itu tertawa keras.
Yoo Ra semakin panik, ia semakin gila
menekan bel, “Annyeong, apa tidak ada orang di dalam?!”
Tangan kanannya menekan bel terus menerus,
sementara tangan kirinya memukul – mukul permukaan pintu. Ketakutannya sudah
mencapai puncak.
“Tunggu sebentar!” tiba – tiba terdengar
balasan seruan dari dalam unit 2005.
Yoo Ra segera merespon, “ Aku datang untuk
mengantar ayam! Buka pintunya!” ia menggunakan alas an ‘ayam’ untuk membuat
pemilik unit 2005 keluar.
Beberapa detik kemudian, pintu di hadapannya
terbuka. Tanpa berpikir ataupun melihat reaksi orang dihadapannya, Yoo Ra
langsung menarik tubuh si pemilik unit 2005 agar menutupinya dari pria gila
itu. Kini, Yoo Ra bersembunyi di balik badan si pemilik unit 2005.
“Hei, hei, apa yang kaulakukan?!” Protes si
pemilik unit 2005.
“Mian hamnida[5]…
Tuan, tolong aku sebentar saja, seorang pria gila sedang mengejarku!” gumam Yoo
Ra memohon, sambil menunduk berusaha menyembunyikan tubuhnya dibalik tubuh pria
dihadapannya.
“Yaa!” Pria pemilik unit kembali protes, “Lalu
apa hubungannya denganku? Aku hanya minta pesanan ayamku. Jangan melibatkan
orang lain dalam masalahmu!”
Yoo Ra meringis sebal, “Yaa!” balasnya, tapi
karena sedang bersembunyi, Yoo Ra mengecilkan suaranya, “Benar – benar hanya
sebentar, sebentar saja, tolong aku!”
“Nona… jangan bersembunyi, aku bisa
melihatmu,” pria pemabuk itu semakin mendekat.
Degup jantung Yoo Ra semakin melonjak. Tak terdengar
lagi suara protes dari pria pemilik unit 2005, Yoo Ra hanya memfokuskan
telinganya untuk mendengar langkah kaki pria gila yang semakin mendekat.
Tubuh pria pemilik unit 2005 dihadapan Yoo
Ra ikut menegang. Tapi ia tak sempat memikirkan hal itu karena rasa takutnya.
Semuanya terjadi dengan cepat, tanpa sempat
Yoo Ra cerna dengan baik. Tiba – tiba, telapak tangan yang lebih besar dari
miliknya menggenggam tangannya yang semula terpaut erat di punggung kaus pria pemilik apartemen 2005.
Sebelum sempat Yoo Ra menyadari apapun, telapak
tangan itu langsung menarik tubuhnya ke dalam pelukan yang hangat. Pelukan kokoh
yang menghalangi pandangan siapapun untuk menjangkaunya.
Pria pemilik unit 2005 itu memeluknya begitu
erat dan kaku. Seolah tak membiarkan seorangpun menjangkaunya. Yoo Ra mengerjap
kaget, tak percaya dengan perlakuan pria ini. Tapi ia juga tidak melawan karena
ia tahu, ia lebih tidak ingin dibawa pergi pria gila yang mengejarnya daripada
dipeluk pria asing.
Pria pemilik unit 2005 itu tak mengatakan
sepatah katapun, hanya memeluknya dalam diam, tanpa penjelasan. Yoo Ra merasa
wajahnya mulai memanas, bukan karena takut, tapi karena malu. Ia tak berani
bahkan untuk mendongak melihat wajah si ‘pemeluknya’. Ia juga tak siap jika
harus melihat wajah yang tak diharapkannya.
Tapi, lengan kokoh yang melingkar di
punggungnya juga tak membiarkannya bergerak sedikitpun. Ia pun hanya kaku di
tempat. Suara pria gila itu tak Yoo Ra dengar lagi, suara itu digantikan dengan
suara degup jantungnya dan degup jantung pria yang memeluknya.
Hanya terdengar suara degup jantung masing –
masing, dan tak ada yang menjelaskan satu sama lain apa yang sebenarnya
dirasakan.
TO BE CONTINUED...
***
Kosa kata :
[1]
Annyeong = halo
[2]
Aniyo = Tidak
[3]
Eotteokhe? = Apa yang harus aku lakukan?
[4]
Cogiyo = Permisi
[5]
Mian hamnida = Maaf
Untuk yang sudah baca, jangan lupa tinggalkan komentar di kolom dibawah ini. Penasaran dengan kelanjutan kisah Park Yoo Ra? Penasaran juga siapa sih sebenarnya penghuni unit 2005 itu?
Nah kalo kamu penasaran banget, author minta pendapat kamu ya, supaya author semangat nulisnya. hehe...
Kalo fanfict ini banyak yang suka, author akan lanjutin, tapi kalo nggak, mungkin akan author jadikan novel nanti. Nah makanya kalo suka buruan komen deh ya, biar cerita selanjutnya cepat di posting, atau juga bisa langsung kontak author di twitter @ndyaachitra, mention langsung tentang reaksi kamu setelah baca fiction ini, pasti author bales. Tapi yang terpenting,stay tune terus ya di blog ini...
Thanks for coming to my blog. I'm waiting for your comment^^
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan mohon tidak menyebarkan link hidup di kolom komentar. Terima kasih.